Mengenal Makiyyah dan Madaniyyah Part 1

Om-Leehin.My.Id -- Diantara bahasan dalam ilmu Al Qur’an adalah pembahasan mengenai Makiyyah dan Madaniyyah. Yaitu diantara surat-surat dalam Al Qur’an ada yang disebut sebagai surat Makiyyah dan ada yang disebut sebagai surat Madaniyah. Misalnya surat Al An’am dan Al A’raf adalah surat Makiyyah. Sedangkan Al Baqarah dan Al Imran adalah surat Madaniyyah.



mengenal-makiyyah-dan-madaniyyah-part-1

Apa definisi dan apa saja perbedaannya? Insya Allah akan kita sebutkan secara ringkas dalam artikel ini. Dan yang akan kami sebutkan dalam artikel ini hanya muqaddimah atau pengenalan saja dari cabang ilmu Makki wal Madini yang merupakan cabang dari uluumul Qur’an (ilmu-ilmu Al Qur’an).

Dengan mengenal dan mempelajari ilmu ini juga, kita akan mengetahui betapa besar perhatian dan usaha para ulama dalam mempelajari serta menelaah Al Qur’anul Karim. Karena para ulama memberikan perhatian yang sangat besar dalam menganalisa mana yang surat atau ayat Makiyyah dan mana yang Madaniyyah. Mereka menganalisa ayat per ayat, surat per surat, lalu mengurutkan dan mengelompokkannya berdasarkan waktu, tempat dan mukhathab ayat atau surat tersebut diturunkan. Bukan hanya faktor waktu, tempat dan mukhathab (sasaran pembicaran) ketika ayat diturunkan yang menjadi patokan pengelompokan, namun terkadang mereka menggabungkan tiga faktor ini dalam pengurutan dan pengelompokkan ayat dan surat. Semuanya dilakukan dengan sangat teliti dan mendetail. Tentunya ini merupakan usaha yang berat dan besar yang telah dilakukan oleh para ulama kita, rahimahumullah jami’an.


Definisi Makiyyah dan Madaniyyah


Ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan Makiyyah dan Madaniyyah menjadi tiga pendapat. Yang khilaf ini merupakan khilaf isthilahiy karena masing-masing pendapat menggunakan pendekatan yang berbeda.

Pendapat pertama, menggunakan pendekatan waktu. Makiyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan sebelum hijrah walaupun bukan di Mekkah. Sedangkan Madaniyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan setelah hijrah walaupun bukan di Madinah. Demikian juga ayat atau surat yang turun di Mekkah namun setelah hijrah, maka termasuk Madaniyyah. Contohnya ayat:

Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ ÙŠَØ£ْÙ…ُرُÙƒُÙ…ْ Ø£َÙ†ْ تُؤَدُّوا الْØ£َÙ…َانَاتِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ Ø£َÙ‡ْÙ„ِÙ‡َا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (QS. An Nisa: 58)

Ini ayat Madaniyyah karena ayat ini turun di Mekkah di sisi Ka’bah di tahun terjadinya Fathul Mekkah. Juga ayat:

الْÙŠَÙˆْÙ…َ Ø£َÙƒْÙ…َÙ„ْتُ Ù„َÙƒُÙ…ْ دِينَÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َتْÙ…َÙ…ْتُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù†ِعْÙ…َتِÙŠ Ùˆَرَضِيتُ Ù„َÙƒُÙ…ُ الْØ¥ِسْÙ„َامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” (QS. Al Maidah: 3).

Ini adalah ayat Madaniyah walaupun turun di Mekkah, namun ia turun pada waktu haji Wada’.

Pendapat ini adalah pendapat yang paling banyak dikuatkan karena batasannya jelas dan pembagiannya konsisten serta mencakup semua ayat dan surat, tidak sebagaimana dua pendapat lainnya

Pendapat kedua, menggunakan pendekatan tempat. Makiyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah, sedangkan Madaniyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan di Madinah. Namun pembagian ini bermasalah ketika menemui fakta bahwa ada surat atau ayat yang diturunkan selain di Mekkah dan Madinah. Seperti surat atau ayat yang diturunkan di Tabuk, di Baitul Maqdis, dan lainnya, tidak masuk dalam pembagian. Demikian juga surat atau ayat yang di turunkan di Mekkah namun setelah peristiwa hijrah, konsekuensinya ia dikategorikan sebagai Makiyyah, padahal tidak sesuai dengan ciri dan sifat Makiyyah. Sehingga ada inkonsistensi di sini.

Pendapat ketiga, menggunakan pendekatan mukhathab (sasaran pembicaraan ayat). Makiyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Mekkah, sedangkan Madaniyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Madinah. Ulama yang berpegang pada pendapat ini, sebenarnya berpatokan pada kaidah: jika surat atau ayat diawali “yaa ayyuhannaas” (wahai manusia…) maka ia Makiyyah, jika diawali “yaa ayyuhalladzina aamanu” (wahai orang-orang yang beriman…) maka ia Madaniyyah.
Bagaimana para ulama mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah?

Bagaimana ulama bisa sampai pada kesimpulan bahwa ayat atau surat ini Makiyyah atau yang itu Madaniyyah? Mereka bertopang pada dua metode pokok:


1. Metode sima’i naqli

Yaitu dalam menentukan Makiyyah dan Madaniyyah mereka melihat kepada riwayat-riwayat dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang shahih yang menjelaskan turunnya suatu ayat. Dan juga riwayat dari para sahabat Nabi yang mereka melihat, menyaksikan dan mengetahui secara jelas kapan, dimana, mengapa dan bagaimana ayat-ayat Al Qur’an turun. Demikian juga riwayat-riwayat dari para tabi’in yang mereka bertemu dan berguru kepada para sahabat dan mendapatkan informasi mengenai Al Qur’an dari para sahabat. Metode inilah yang menjadi metode utama dan sumber pengambilan utama untuk mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah.

2. Metode qiyasi ijtihadi


Yaitu pada ayat dan surat yang tidak terdapat riwayat secara tegas yang menjelaskan mengenai waktu, tempat dan kondisi turunnya. Para ulama berpegang pada karakteristik ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah yang terdapat riwayatnya kemudian meng-qiyaskannya dengan ayat dan surat selainnya. Jika suatu ayat mengandung karakteristik Makiyyah maka disebut sebagai ayat Makiyyah, demikian juga Madaniyyah. Oleh karena itu metode ini bersifat ijtihadiy, artinya bisa jadi antara ulama yang satu dengan yang lain berbeda ijtihadnya dalam menentukan Makiyyah dan Madaniyyah dengan metode ini.

Kaidah dan Karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah

Para ulama setelah menelaah ayat-ayat Al Qur’an, mereka menyusun kaidah dan juga menemukan karakteristik yang khas untuk masing-masing surat dan ayat Makiyyah dan Madaniyyah.

Diantara kaidah yang disusun oleh para ulama untuk memudahkan kita mengenal surat dan ayat Makiyyah dan Madaniyyah adalah sebagai berikut:

Kaidah-kaidah Makiyyah:


 1. Setiap surat yang terdapat ayat sajdah maka ia Makiyyah
 2. Setiap surat yang terdapat kata كلا (kalla) maka ia Makiyyah yang hanya terdapat di setelah pertengahan dari Al Qur’an. Terdapat 33 kata كلا (kalla) dalam Al Qur’an yang terdapat dalam 15 surat.

3. Setiap surat yang terdapat “yaa ayyuhannaas” namun tidak terdapat “yaa ayyuhalladzina aamanu” maka ia Makiyyah. Kecuali surat Al Hajj yang terdapat ayat:
    ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا ارْÙƒَعُوا Ùˆَاسْجُدُوا

    “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu”
    namun para ulama tetap menganggap surat Al Hajj sebagai surat Makiyyah.

4.Setiap surat yang terdapat kisah para Nabi dan umat terdahulu maka ia surat Makiyyah kecuali Al Baqarah.
5. Setiap surat yang terdapat kisah Nabi Adam dan iblis maka ia Makiyyah kecuali Al Baqarah.
6. Setiap surat yang dibuka dengan huruf tahajji seperti “alif laam miim”, “alif laam raa”, “haa miim” dan semisalnya, adalah surat Makiyyah. Kecuali surat yang dijuluki zahrawain, yaitu Al Baqarah dan Al Imran. Adapun surat Ar Ra’du diperselisihkan apakah ia Madaniyyah atau Makiyyah.

Kaidah-kaidah Madaniyyah:


1. Setiap surat yang terdapat penjelasan tentang ibadah-ibadah wajib dan hukuman hadd, ia Madaniyyah
2. Setiap surat yang terdapat penyebutan kaum munafik maka ia Madaniyyah kecuali Al Ankabut.
3. Setiap surat yang terdapat bantahan terhadap Ahlul Kitab maka ia Madaniyah.

Para ulama juga setelah menelaah ayat dan surat dalam Al Qur’an menemukan bahwa masing-masing Makiyyah dan Madaniyyah memiliki ciri-ciri khusus dari sisi konten (isi) ayat atau surat, yang membedakan keduanya.

Karakteristik isi surat Makiyyah

1. Dakwah kepada tauhid dan beribadah kepada Allah semata, menetapkan risalah kerasulan, menetapkan hari kebangkitan dan ganjaran amalan, penyebutan kabar tentang hari kiamat, neraka, surga, dan bantahan terhadap kaum Musyrikin dengan logika Al Qur’an, serta ayat-ayat kauniyah.
2. Penetapan landasan-landasan umum syariat serta akhlak-akhlak mulia serta penyebutan akhlak-akhlak tercela serta kebiasaan-kebiasaan buruk kaum Musyirikin

3.Kisah tentang para Nabi dan kaum terdahulu serta ganjaran bagi kaum tersebut.
4. Terdapat fawashil (susunan kalimat yang menyerupai sajak) yang pendek-pendek namun dengan ungkapan yang kokoh namun istimewa yang mengena di hati dan menguatkan serta memotivasi pendengarnya.

Karakteristik isi surat Madaniyyah

1. Penjelasan tentang ibadah, muamalah, hukuman hadd, aturan rumah tanga, aturan waris, keutamaan jihad, perbaikan masyarakat, perkara kenegaraan dalam keadaan tenang dan perang, serta kaidah-kaidah hukum.
2. Bantahan dan sanggahan untuk Ahlul Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani. Ajakan bagi mereka untuk masuk Islam, penjelasan bahwa mereka telah menyelewengkan kitab-kitab Allah, penyimpangan mereka dari kebenaran, dan penyelisihan mereka terhadap kebenaran setelah adanya bukti dan penjelasan yang jelas.
3. Membahas tabiat kaum munafik dan menjelaskan bahayanya mereka bagi agama
4. Penyebutan ungkapan-ungkapan pendek secara sering dan berulang dalam rangka menegaskan dan menetapkan syariat dan menjelaskan tujuan-tujuannya.

Pada artikel selanjutnya akan disebutkan surat mana saja yang Makiyyah dan mana saja yang Madaniyyah, insya Allah

[bersambung]

***

Rujukan: Mabahits fii Ulumil Qur’an, Syaikh Manna’ Khalil Al Qathan, hal. 51 – 64, cetakan Mansyurat Al ‘Ashr Al Hadits


Sumber: https://muslim.or.id/28241-mengenal-makiyyah-dan-madaniyyah-1.html


Lebih baru Lebih lama